TANTANGAN REMAJA DI ERA GLOBALISASI

Senin, 12 Juli 2010
Manusia adalah mahluk pembelajar, terutama belajar dari induknya (basco, 2003). Kenyataan sekaang generasi tua terluka oleh konflik-konflik kekerasan. Sejak tahun 1960-an terutama Kalimantan Barat misalnya memang selalu diancam dengan komflik kekerasan yang berbau etnik . dalam setiap komflik itu, peran orang tua ada yang menjadi simpatisan dari salah satu kelompok etnik yang bertikai. Tokoh pendamai dan melahan ada yang menjadi pelaku komflik kekerasan. Ada satu keyakinan bahwa perbedaan meupakan suatu hal yang negative, dan konflik menurut mereka disebabkan karena perbedaan itu. Oleh karena itu perbedaan menjadi suatu hal yang jelek dan harus dihindari. Dalam kontek hubungan antar etnik dan agama, orang tua mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghindari relasi pribadi yang diketahuinya dari orang yang berbeda, latar belakang suku, agama, dll. Kondisi inilah yang menjadi keyakinan pada diri anak-anak dan remaja bahwa perbdaan it tdak baikdan harus di jauhi.
Zaman dahulu orang tua ereka mempunyai adapt yang dapat mengatur kehidupan bersama, sehingga semuanya dapaat berjalan dengan lancer dan kelestarian kehidupan baik perorangan maupun kelompok terjamin,” inti adapt ini adalh sejumlah pasangan yang diakui bersama dan ditegakkan bersama, kepemimpinan, peraturan pergaulan, pembagian peluang ekonomi, pelayan kesejahteraan para warga dan pasangan relegius yang terungkap dalam berbagai seremoni adapt”(krist, atok, 2002).
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua mengajarkan mereka untuk masuk kedalam ehidupan social serta diajarkan tentang pegangan nilainya secara bertahap melalui inisiasi, pendidikan keluaga.
Masa awal tahun 1980-an, keika revolusi industri mulai memasuki Indonesia, kehidupan masyarakat mulai di penuhi informasi teknologi informasi seperti televise internet, Koran-koran, majalah, dll.dengan peubahan yang begitu cepat , seperti anak-anak dan remaja seperti kehilangan sgala macam pegangan karena pengaruh/ tawaran yang begitu banyak dan bermacam-macam, apalagi dihadapkan dengan penyakai social seperti minum-minuman keras, hburan malam, penodongan dan lain-lainnya dan dengan adanya aksi-aksi kekerasan yang dipertontonkan melalui saran komunikasi dan informasi itu, anak-anak dan remaja menganggap bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan komflik atau masalh itu dengan aksi keerasan. Jelas bahwa segala perubahan yang begitu cepatmenibulkan suatu ketegangan dalam kehidupan anak-anak dan remaja karena ternyata belum ditemukan suatu “adapt baru” yang diakui dan ditegakkan bersama.
Kehidupan manusia selalu terjadi perubahan gaya hidup, salah satunya yang berkembang adalah gaya hidup instant , dimana orang cenderung untuk mempermudah kehidupannya., dimana tingkat kesulitan dalam bebagai dimensi dan setrata kehidupan dicoba diminimalkan, apalagi dengan pesatnya informasi dan teknologi . dari sinilah para anak-anak dan remaja terjebak atau sering kali tidak disadari selalu berada dalam kehidupan yang yang biasa memanjakan dan mempermudah mereka. Mereka tidak berhadapn dengan kehidupan yang sesungguhnya, sehingga merea tidak terbiasa hidup sulit, padahal kenyataan hidup tidak selalu mudah.
Keterjebakan anak-anak dan para remaja dalam situasi yang seperti itu engakibatkan mereka dalam situasi keterasingan dari realita kehidupan yang ebenarnya. Mereka terbias dengan yang mudah bukan yang sulit, dan disis lain keterasingan tersebut dapat melumpuhkan mereka untuk ambil sikap terhadap pekembangan kehidupan yang terjadi. Cukup besar kecenderungan untuk “ikut saja” dalam perguliran realita kehidupan.
Disamping itu, kenakaln remaja juga akhir-akhir ini mulai menghawatirkan. Keadaan ini dapat terlihat dari prilaku bolos, tawuran antar pelajar/mahasiswa, seks bebas, narkoba dan lainnya. Adapun kenakalan remaja dapat disebabkan oleh factor dari remaja itu sendiri(internal) maupun factor luar (eksternal).
Factor internal berupa;
• Krisis identitas: perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadi dua bentuk integrasi. Pertama, terbentunya perasaan akan onsistebsi dalam kehidupannya. Kedua,tercapainya identitas peran.
• Control diri yang lemah: emaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapt diterima akan terseret dalam prilaku nakal.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku yang sesuai degan pengetahuan.
Factor Eksternal;
• Keluarga: perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicicu prilaku negative pada remaja. Pendidikan yang salah dalam keluargapun, seperti selalu memanjakan anak, idak memberikan pendidikan agama, atau penolakan tehadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakaln anak. Dan begitu juga teman sebaya yang kurang baik dan komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Dari problematika yang ada pada remaja, dipelukan penyadaran pada remaja tentang makna hidup yang sesungguhnya. Keterlibata semua lapisan masyarakat sangat dipelukan, agar generasi muda kita tidak terjerumus ke dalam hal-hl yang negative.

Oleh : Lathifah
Mahasiswa Semester IV Asal Kalimantan

0 komentar:

Posting Komentar