Negeri Lima Menara

Senin, 12 Juli 2010
Judul Buku : Negeri Lima Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT Gramedia, Pustaka Utama Jakarata.
Cetakan : Pertama, Juli 2009
Tebal buku : 416 Halaman
Peresensi : May Rista Rizqiyah


Begitu banyak Novel yang terinspirasi oleh kisah novelis itu sendiri dan salah satunya adalah novel “Negeri Lima Menara” ini, Sebuah novel yang tidaka hanya mengajak kita merenungi atua meresapi tapi juga mengajak kita untuk “mengerti” kalimat sakti “Man Jadda Wa jada”
Sosok Alif, seorang anak Minangkabau yang punya obsesi melanjutkan ke SMA setelah menamatkan madrasah tsanawiyahnya, “dengan setengah hati” harus memenuhi keinginan sang ibu; menjadi Buya Hamka, walaupun sebenaranya keinginan Alif menjadi Bapak BJ Habibie yag mengamati dan mengerti teori-teori modern.
Dengan kombinasi patuh pada Ibu dan informasi dari pamannya yaitu Pak Etek Gindo untuk belajar dipesanren, maka berangkatlah Alif ke plosok Jawa Timur. Pondok pesantern Madani itulah nama podok yang Alif tempati,
Disanalah Ia berhasil mempelajari pendidikan kehudupan, kuatnya keikhlasan, serta prasangka baik pada Tuhan, Bersama kelima teman baiknya yaitu Said, Dulmajid, Atang, Baso dan Raja yang tentunya beda warna. Suka duka dilalui bersama, mereka menyebut diri mereka Shohibul menara, karena di bawah menaralah mereka tak sekedar bersama, di bawah menara Alif melihat awan seperti Benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang berbentuk Afrika, Baso dalam konteks Asia, Sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis. Mereka mengerahkannya semuanya dengan ikhtiar dan menggenapkannya dengan do’a dan Tuhan mengirim Benua impian mereka masing-masing, kunfayakun.
Begitulah Fuadi mengisahkan semuanya bak laporan jurnalistik kawakan! Sungguh inspiratif !! Membaca karya Fuadi ini kita diajak berkelana melihat, mengamati betapa cantiknya dunia dalam mimpi-mimpi indah yang tentunya disertai kerja keras dan semangat juang yang luar biasa.
Dan bukan hanya itu karya inspiratif ini juga memberi memberi pesan pada kita bahwa semua manusia layak mempunyai cita-cita setinggi langit, seperti yang dikutip dalam buku ini, “ Modal kami hanya bermimpi, lalu berusaha, kerja keras dan melengkapinya dengan do’a”
Tak lepas dari itu “Negeri Lima Menara” ini benar-benar cerita yang memaparkan generasi Bangsa ini untuk maju dan tidak menyerah , dengan kultural minangkabau dan selipan humor “pondok banget”
Terasa menggelitik, begitulah Fuadi menulisnya dengan kata hati sehingga terasa menyentuh hati, Inilah Nostalgia Alif dari pertama menginjak kaki di pondok Madani plosok jawa Timur sampai harus tinggal di Wasington D.C pusat power sedunia, dan uniknya inilah adalah kisah nyata, kisah nyata sohibul menara yang dengan jerih payah, mereka mampu menggapai benua-benua yang mereka inginkan, jadi jangan pernah meremehkan impian sungguh Tuhan Maha Mendengar.
Kisah inspiratif ini layak dibaca semua kalangan khususnya anak Pondok, karena penulis memberikan perenungan bagi pembaca untuk selalu haqqul yaqin; tidak putus asa dalam hidup.,,
Karena man jadda wa jada.

May rista rizqiyah
Semester IV Dakwah(KPI)
Asal Sumenep

0 komentar:

Posting Komentar